1.2 Mampu Menjelaskan Makna Sholat Berjamaah dan Dapat Mendirikan Sholat Sunah Secara Individu
Keutamaan Shalat Berjamaah
Berkata : Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Abu Hurairah
صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ
فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا
تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ
إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ
وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ
تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ
ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
“Shalat seorang laki-laki
dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama
(dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian
itu karena bila dia berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya lalu keluar dari
rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat
berjama’ah,
maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)
maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)
Dia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Dari Abu Musa
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ
إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى
يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّيهَا ثُمَّ
يَنَامُ
“Manusia paling besar pahalanya
dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan
seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar
pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR.
Muslim no. 662)
Dia berkata: Saya pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Dari Abu Ad-Darda`
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ
فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ
بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah tiga orang di suatu
desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka,
melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat)
berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang
sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR.
Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh
An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 344)
Dari Ibnu Umar -radhiallahu
anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ
وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah lebih utama
dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari
no. 131 dan Muslim no. 650)
Penjelasan ringkas
Karena besarnya urgensi shalat
berjamaah bagi keumuman lingkungan kaum muslimin dan bagi setiap individu yang
ada di dalamnya, Allah Ta’ala menjanjikan untuknya pahala yang besar dan
Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- senantiasa memotifasi untuk mengerjakannya.
Dan beliau -alaihishshalatu wassalam- mengabarkan bahwa shalatnya seseorang
secara berjamaah jauh lebih utama daripada shalat sendirian dan bahwa shalat
berjamaah merupakan sebab terjaganya kaum muslimin dari setan. Keutamaan yang
pertama untuk individu dan yang kedua untuk masyarakat kaum muslimin.
Sholat Sunah
MACAM-MACAM
SHOLAT SUNNAH DAN KEUTAMAANNYA
Shalat sunnah ialah sholat yang tidak wajib
dilakukan oleh setiap muslim tapi sunnah (berpahala) jika dilakukannya. Sesuatu
yang sunnah akan lebih baik jika dilaksanakan karena bisa menyempurnakan
kekurangan ibadah kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ
لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ
نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ
مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ
تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ
الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali akan
diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka adalah
shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih
Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku, apakah
sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya sempurna, maka akan
dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya terdapat beberapa
kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?
Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku
dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya
hampir sama seperti itu.”
A.
Shalat sunah terbagi atas 2
bagian
1.
Shalat sunah rawatib
Sholat sunnah rawatib : ialah sholat sunnah yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat fardhu (shalat lima waktu).
Sholat sunnah rawatib : ialah sholat sunnah yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat fardhu (shalat lima waktu).
2.
Shalat sunah bukan rawatib
Sholat sunnah bukan rawatib : ialah sholat sunah yang mempunyai waktu-waktu tersendiri, sebab-sebab tersendiri dan tidak ada hubungannya dengan sholat fardhu (shalat lima waktu).
Sholat sunnah bukan rawatib : ialah sholat sunah yang mempunyai waktu-waktu tersendiri, sebab-sebab tersendiri dan tidak ada hubungannya dengan sholat fardhu (shalat lima waktu).
A.
Shalat sunah rawatib
Ia dibagi 2 bagian:
Ia dibagi 2 bagian:
1.
Shalat sunah rawatib mu’akkadah
Mu’akkadah : yaitu sholat sunah yang selalu dilakukan oleh Nabi saw. Sholat ini jumlahnya ada 10 raka’at
Mu’akkadah : yaitu sholat sunah yang selalu dilakukan oleh Nabi saw. Sholat ini jumlahnya ada 10 raka’at
Dua raka’at sebelum shalat
Dhuhur
Dua raka’at setelah shalat
Dhuhur
Dua raka’at setelah shalat
Maghrib
Dua raka’at setelah shalat
Isya’
Dua raka’at sebelum shalat
shubuh
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata : “Aku shalat
bersama Rasulallah saw dua raka’at sebelum shalat dzuhur, dua raka’at
sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat maghrib di rumah beliau, dua raka’at
sesudah shalat isya’ di rumah beliau.” Kemudian ia berkata: “saudaraku Hafsha
pernah meriwayatkan bahwa Rasulallah saw shalat dua raka’at ringan ketika
terbit fajar (sebelum shalat subuh).” (HR Bukhari Muslim)
2.
Shalat sunah rawatib bukan
mu’akkadah
Bukan Mu’akkadah : yaitu shalat sunnah yang kadang kadang ditinggalkan atau tidak dilakukan oleh Nabi saw. Shalat ini jumlahnya ada 12 raka’at, yaitu:
Bukan Mu’akkadah : yaitu shalat sunnah yang kadang kadang ditinggalkan atau tidak dilakukan oleh Nabi saw. Shalat ini jumlahnya ada 12 raka’at, yaitu:
Dua raka’at sebelum sholat
dzuhur
Dua raka’at sesudah shalat
dzuhur
Empat raka’at sebelum sholat
Ashar
Dua raka’at sebelum sholat
Maghrib
Dua raka’at sebelum sholat
Isya’
Dari Umu Habibah ra, Rasulullah saw bersabda :
“Barangsiapa yang menjaga empat raka’at sebelum dzuhur dan empat raka’at
sesudahnya, Allah mengharamkannya dari api Neraka.” (HR Abu Daud dan
At-Tirmidzi, hadits hasan shahih)
Dari Ali r.a. ia berkata : “Nabi saw biasa shalat
empat raka’at sebelum ashar, beliau membaginya menjadi dua dengan ucapan salam
kepada para malaikat yang selalu dekat dengan Allah dan kepada orang-orang yang
mengikuti mereka dari kalangan kaum muslimin dan mukminin.” (HR Hasan
Tirmidzi).
Dari Abdullah bin Mughaffal ra, Rasulallah saw
bersabda : “Shalatlah kalian sebelum Maghrib (beliau mengulangnya tiga kali).
Diakhirnya beliau bersabda : Bagi siapa saja yang mau melaksankannya. Beliau
takut hal tersebut dijadikan oleh orang-orang sebagai sunnah. (HR Bukhori)
Dari Abdullah bin Mughaffal ra ia berkata : Nabi
saw bersabda : “Diantara adzan dan iqomah ada sholat, diantara adzan dan iqomah
ada sholat (kemudian ketiga kalinya beliau berkata:) bagi siapa yang mau” (HR
Bukhari Muslim)
B.
Shalat Sunnah Bukan Rawatib
Shalat ini terbagi atas 2 bagian :
Shalat ini terbagi atas 2 bagian :
1.
Sholat sunnah bukan rawatib
yang tidak dilakukan berjama’ah
Shalat Witir (Shalat Ganjil)
Shalat Dhuha
Shalat Tahiyatul Masjid
Shalat Setelah Wudhu’
Shalat Istikharah
Shalat tahajjud
Shalat tasbih
Shalat Awwabin
Shalat hajat
Shalat sunnah ihram
Shalat setelah tawaf
2.
Shalat Sunah Bukan Rawatib Yang
Dilakukan Secara Berjama’ah
Sholat Tarawih
Sholat Hari Raya (Iedul Fitri
& Iedul Adha)
Sholat Gerhana
Shalat Istisqa’ (Minta Hujan)
Shalat sunnah rawatib adalah
shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu. Shalat sunnah rawatib yang
dikerjakan sebelum shalat wajib disebut shalat sunnah qobliyah.
Sedangkan sesudah shalat wajib disebut shalat sunnah ba’diyah.
Di antara tujuan
disyari’atkannya shalat sunnah qobliyah adalah agar jiwa memiliki persiapan
sebelum melaksanakan shalat wajib. Perlu dipersiapkan seperti ini karena
sebelumnya jiwa telah disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Agar jiwa tidak
lalai dan siap, maka ada shalat sunnah qobliyah lebih dulu.
Sedangkan shalat sunnah
ba’diyah dilaksanakan untuk menutup beberapa kekurangan dalam shalat wajib yang
baru dilakukan. Karena pasti ada kekurangan di sana-sini ketika
melakukannya.
Keutamaan Shalat
Sunnah Rawatib
1.
Shalat adalah
sebaik-baik amalan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ
أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ
“Ketahuilah, sebaik-baik amalan
bagi kalian adalah shalat
2.
Akan meninggikan
derajat di surga karena banyaknya shalat tathowwu’ (shalat sunnah) yang
dilakukan
Tsauban –bekas budak Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah ditanyakan mengenai amalan yang dapat
memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling dicintai oleh Allah.
Kemudian Tsauban mengatakan bahwa beliau pernah menanyakan hal tersebut pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau menjawab,
عَلَيْكَ
بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ
رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaklah engkau memperbanyak
sujud kepada Allah karena tidaklah engkau bersujud pada Allah dengan sekali
sujud melainkan Allah akan meninggikan satu derajatmu dan menghapuskan satu
kesalahanmu. Ini baru sekali sujud. Lantas bagaimanakah dengan banyak sujud
atau banyak shalat yang dilakukan?!
3.
Menutup kekurangan
dalam shalat wajib
Seseorang dalam shalat lima
waktunya seringkali mendapatkan kekurangan di sana-sini sebagaimana
diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ
وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا
سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
“Sesungguhnya seseorang ketika
selesai dari shalatnya hanya tercatat baginya sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan,
sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, separuh dari
shalatnya.
Untuk menutup kekurangan ini,
disyari’atkanlah shalat sunnah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ
النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ
رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ
عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً
وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ
تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ
مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
“Sesungguhnya amalan yang
pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari
amalan-amalan mereka adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada
malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada
shalat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya
sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya
terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki
amalan shalat sunnah? Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah
pahala bagi hamba-Ku dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian
amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.
4.
Rutin mengerjakan
shalat rawatib 12 raka’at dalam sehari akan dibangunkan rumah di surga.
Dari Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam-, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ
صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ
بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa mengerjakan shalat
sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan
tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.”
Coba kita lihat, bagaimana
keadaan para periwayat hadits ini ketika mendengar hadits tersebut. Di antara
periwayat hadits di atas adalah An Nu’man bin Salim, ‘Amr bin Aws, ‘Ambasah bin
Abi Sufyan dan Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang
mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara langsung.
Ummu Habibah mengatakan, Aku
tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak
aku mendengar hadits tersebut langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. ”
‘Ambasah mengatakan,“Aku tidak
pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku
mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah.”
‘Amr bin Aws mengatakan,“Aku
tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak
aku mendengar hadits tersebut dari ‘Ambasah.”
An Nu’man bin Salim
mengatakan,“Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam
sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Amr bin Aws.
Yang dimaksudkan dengan shalat
sunnah dua belas raka’at dalam sehari dijelaskan dalam riwayat At Tirmidzi, dari
‘Aisyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ
عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ
بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ
الْفَجْرِ
“Barangsiapa merutinkan shalat
sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia
sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at sebelum
zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at
sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.
Hadits di atas menunjukkan
dianjurkannya merutinkan shalat sunnah rawatib sebanyak 12 raka’at setiap
harinya.
Dua belas raka’at rawatib yang
dianjurkan untuk dijaga adalah: [1] empat raka’at sebelum Zhuhur, [2] dua
raka’at sesudah Zhuhur, [3] dua raka’at sesudah Maghrib, [4] dua raka’at
sesudah ‘Isya’, [5] dua raka’at sebelum Shubuh.
Shalat Qobliyah
Shubuh Jangan Sampai Ditinggalkan
Shalat sunnah qobliyah shubuh
atau shalat sunnah fajar memiliki keutamaan sangat luar biasa. Di antaranya disebutkan
dalam hadits ‘Aisyah,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ
الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua raka’at sunnah fajar
(qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sangat bersemangat melakukan shalat ini, sampai-sampai ketika safar pun
beliau terus merutinkannya.
‘Aisyah mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - عَلَى شَىْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ
أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa untuk shalat sunnah selain
shalat sunnah fajar.
Ibnul Qayyim mengatakan : “Termasuk
di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar adalah
mengqoshor shalat fardhu dan beliau tidak mengerjakan shalat sunnah rawatib
qobliyah dan ba’diyah. Yang biasa beliau tetap lakukan adalah mengerjakan
shalat sunnah witir dan shalat sunnah qabliyah shubuh. Beliau tidak pernah
meninggalkan kedua shalat ini baik ketika bermukim dan ketika bersafar.
Niat Sholat Rawatib
Shalat Rawatib. Adalah
shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Niatnya :
a.
Qabliyah, adalah
shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Waktunya : 2 rakaat
sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum
shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’. Niatnya:
‘Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’
‘Ushalli sunnatadh Dzuhri* rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’
Artinya: ‘aku niat shalat
sunnah sebelum dzuhur dua rakaat karena Allah’
* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan
dikerjakan.
b.
Ba’diyyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan
setelah shalat fardhu. Waktunya : 2 atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur,
2 rakaat sesudah shalat Magrib dan 2 rakaat sesudah shalat Isya
sangat bermanfaat. terimakasih😀
ReplyDeleteBermanfaat
ReplyDelete